Myanmar, The Golden Land
11 February 2020 2.534x Blog
Sejauh mata memandang negeri seluas 676.000 km² ini, warna keemasan akan menghiasi pelupuk mata anda. Entah di tengah kota, di dusun perkampungan, di hamparan tanah-tanah lapang, hingga di tengah sungai sekalipun. Hal tersebut yang membawa Burma, namanya sebelum ditetapkan sebagai Myanmar oleh Kepemerintahan junta militer tahun 1989, kini menjadi pesona tersendiri bagi destinasi wisata di Asia Tenggara. Myanmar terletak di barat Bangladesh, utara Tiongkok, Thailand di tenggara, Laos di sisi timur, dan India di timur laut.
Di balik ricuhnya pelanggaran HAM, rupanya Myanmar punya sisi lain yang unik dan menarik untuk dijelajahi. Setelah pengajuan visa kami sempat di tolak oleh kedutaan Myanmar di Jakarta dengan alasan tidak berstatus pekerja, akhirnya kami bebas melenggang di Myanmar saat Pemerintah Myanmar sempat membuka kesempatan untuk kunjungan dengan Visa On Arrival. Tak sampai dua minggu, kami berhasil menjelajahi 4 sudut utama Myanmar. Ada Yangon sebagai kota terbesar, Mandalay dan Bagan dengan athmospher kuno Kerajaan Burma di tengah peradaban silam, hingga Inle Lake yang dikenal sebagai kota danau. Keempatnya akan kami ulas pada beberapa cerita berlanjut.
Di tiga hari pertama kami mendapati kesederhanaan Yangon sebagai kota termodern di Myanmar. Dibanding kota besar negara-negara tetangganya, Yangon atau Rangoon dalam bidang infrastruktur memang terlihat lebih sederhana. Struktur bangunannya masih mengadopsi seni Britania Raya. Kendaraan era tahun 63-an pun masih menjadi yang termewah. Namun penduduknya terkenal sangat ramah, eksotik dengan adat budaya ‘longyi’ sarung tradisional yang masih digunakan dalam keseharian mereka, juga cantik dengan keunikan bedak Thanaka yang menghiasi wajah para wanita Myanmar serta unik dengan Ten Flowers, alias 10 seni tradisional khas Myanmar yang masih berlangsung hingga kini. Belum lagi emas yang bertebaran di pagoda-pagoda sucinya, berhasil membuat kami jatuh cinta.
Jejak kepemerintahan British India dulu, yang konon menjadikan Yangon sebagai poros perdagangan dan politik pun kini membawa Yangon sebagai pintu masuk utama negara Myanmar. Nikmati pesona warna emas dari pagoda-pagoda yang tersebar di beberapa sudut kota. Ada Pagoda Shwemawdaw, Botahtaung Pagoda, Maha Wizaya Pagoda, Kaba Aye Pagoda, Shwedagon Pagoda, dan Sule Paya Pagoda. Dua diantaranya yang terkenal dan berada di jantung kota adalah Pagoda Shwedagon dan Pagoda Sule Paya. Bak Monas dan Bundaran HI Jakarta, kedua ikon kota Yangon tersebut menjadi poros aktifitas politik dan kepemerintahan.
Kuil atau pagoda Shwedagon yang dibangun pada era Gautama Buddha ini konon menjadi akar sejarah berdirinya pagoda-pagoda Shwedagon di seluruh Myanmar. Pagoda Shwedagon terletak di utara pusat kota, tepatnya diantara People’s Park dan Kandawgyi. Menjulang setinggi 326 meter, pucuknya dapat anda lihat dari jarak puluhan kilometer. Pagoda seumur 2500 tahun ini konon dibangun dengan material 30 ton partikel emas, serta campuran permata mulia lainnya. Pagoda ini menjadi salah satu yang tersucikan, karena konon jejak Tiga gambar Buddha tertua dan delapan gelungan rambut sang Buddha Gautama bersemayam didalamnya. Selain berkunjung di pagi atau siang hari, anda bisa menjumpai kilau emas pagoda ini dimalam hari hingga pukul 10 malam waktu setempat. Jangan lupa melepas alas kaki anda sebelum masuk ke kawasan kuil ini.
Tak jauh berbeda dengan Pagoda Sule Paya yang terletak di pertigaan antara Jalan Sule Pagoda, Mahabandoola Road, dan Kyautada Township ini sangat laris dikunjungi wisatawan, bahkan terkadang menjadi lokasi demonstrasi rakyat Myanmar. Berbeda dengan Shwedagon, struktur bangunan pagoda Sule Paya lebih unik dengan bentuk segi delapan. Menjulang setinggi 152 meter masih dengan material emas, pagoda ini juga menjadi tempat ibadah utama warga Yangon. Konon kuil ini juga menyimpan rambut suci Sang Buddha. Anda bisa menikmati keajaiban kuil ini menjelang matahari bersinar, bahkan satu jam lebih pagi dari Pagoda Shwedagon, yaitu jam 4 pagi hingga jam 10 malam waktu setempat.
Masih penasaran dengan bentuk dan rupa serta karakter arca-arca Buddha di pagoda-pagoda Yangon? Shwethalyaung Buddha dan Pagoda Chauk Htat Gyi akan menuntaskan penasaran anda, dua pagoda tersebut merupakan kuil Budhha dengan patung Reclining Buddha, atau Sleeping Buddha yang terkenal di Yangon.
Yangon ternyata tak hanya dua ikon emas itu saja, beberapa Pagoda menarik dan taman-taman cantik yang bisa menjadi pilihan anda menuntaskan hari. Ada Bogyoke Aung San Park yang menawarkan view dari Danau Kandawgyi. Atau jika anda membawa anak, berkunjunglah ke Kandawgyi Garden, Hlawga Wildlife Park atau Zoological Garden di saat weekend. Kandawgyi Garden menawarkan athmospher santai, tempat bermain anak, taman anggrek, hingga beberapa pusat souvenir dan restoran. Sedangkan di Zoological Garden, selain menikmati keindahan flora dan fauna, disini anda dan keluarga bisa menikmati pertunjukan gajah dan ular. Jika anda peminat sejarah menukiklah ke 32km dari kota Yangon, disana ada Allied War Memorial Cemetery yang terkenal dengan 2700 makam pasukan Allied Myanmar.
Masih punya cukup waktu liburan di Myanmar? Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Mandalay kemudian ke Bagan, atau malah sebaliknya. Mau tahu keunikan dan tempat wisata penting di Mandalay dan Bagan? Atau ingin tau bagaimana serunya pengalaman kami di kota Mandalay dan Bagan, tunggu cerita kami di tulisan selanjutnya.
Contact Us
If you have any questions, please contact us.
-
Hotline
082125151037 -
Whatsapp
082125151037 -
Email
info@kakigatel.com
No comments yet